Oleh Abdul Aziz Idris
Pasca perang Diponegoro, atau sering juga disebut perang Jawa, banyak kyai yang menjadi bagian dari pasukan Pangeran Diponegoro menyebar ke pelosok-pelosok daerah untuk menghindar dari kejaran Penjajah Belanda. Namun menyebarnya para ulama ini tidak sekedar menghindar dari Belanda karena justru dari sinilah kemudian pola perjuangan di mulai kembali dengan strategi yang berbeda, dengan mendirikan pondok pesantren, Dan salah satu Panglima pasukan Pangeran Diponegoro, Kyai Abdur Rouf yang memilih dusun Tempur sebagai tempat mengkader pejuang, mendirikan pesantren. Kyai Abdur Rauf adalah putra Kyai Hasan Tuqo ( Raden Bagus Kemuning ) yang masih keturunan Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Tentu selain mengasuh dan mengkader generasi pejuang, beliau juga membimbing masyarakat. Dan salah satu cucu beliau yang kemudian meneruskan jejak perjuangan ini adalah Nahrowi ( Dalhar ) muda untuk berangkat menimba ilmu di Tanah Suci setelah sebelumnya berkelana dari satu pesantren ke pesantren lain di Jawa untuk belajar.
Salah satu guru Nahrowi atau Kyai Dalhar adalah Syekh Mahfudz bin Abdullah At Tarmasy, salah satu Ulama Nusantara yang disegani di Tanah Suci sampai digelari Imam Bukhori tanah Jawa dimasanya, karena kealiman beliau dalam ilmu hadist. Dari Syekh Mahfudz inilah Mbah Kyai Dalhar belajar dan sampai mendapatkan ijazah dan sanad keilmuan Syekh Mahfudz yang tersambung dengan para Ulama, sanad Syekh Mahfudz ini terhimpun dalam satu kitab yang berjudul Kifafatul Mustafid lima ‘ala minal asanid, كفاية المستفيد لما على من الأسانيد sebuah genre kitab khusus sanad ( tsabat ) yang menyebut mata rantai keilmuan Syekh Mahfudz yang bersambung dengan para Ulama, terkhusus Ulama pengarang kitab. Dalam kitab yang ditulis ulang oleh Kyai Mukhlasin bin Abdurahman, Pendiri Pondok Baru Payaman, yang juga murid Kyai Dalhar ini disebut beberapa kitab induk, muktabar yang diijazahkan oleh Syekh Mahfudz at Tarmasy kepada Kyai Dalhar disebut dengan nama Muhammad bin Abdurahman bin Abdurouf Al fesantreny, ada fan Tafsir, Hadist, Fiqh, Ushul, Ilmu Alat ( Nahwu, shorof ), dan bahkan beberapa aurod, seperti: Hizb Nawawi, Dalil Khoirot bahkan talqin dzikir. Juga sanad yang bersambung kepada Imam Muhammad bin Idris As Syafi’i. Ijazah kitab sanad ( tsabat ) ini menarik karena menjadi bukti mata rantai Keilmuan Kyai Dalhar dengan Syekh Mahfudz At Tarmasy dan juga menjadi bukti jejaring Ulama Nusantara yang mendunia.
Jejaring Ulama, Kyai Nusantara sedemikian meluas dan sangat otentik dan ini adalah bagian dari otentisitas keilmuan Ulama di Nusantara. Tradisi sanad menjadi bagian penting dalam merekam dan mengabadikan jejak Keilmuan ini.