Menu

Mode Gelap

Opini · 31 Oct 2021 03:18 WIB · waktu baca 1 menit · Artikel ini telah dibaca 8 kali

IPNU & IPPNU Tunas Yang Akarnya Menghujam, Belajar dari Pendiri IPNU


IPNU & IPPNU Tunas Yang Akarnya Menghujam, Belajar dari Pendiri IPNU Perbesar

Bagikan :
oleh Abdul Aziz Idris 
Tadi malam menjadi sedemikian berarti bagi rekan & rekanita IPNU, IPPNU Kab. Magelang karena secara resmi mereka dilantik sebagai pengurus cabang sebuah amanah, tanggung jawab dan juga kehormatan disandang dipundak mereka untuk berhidmah di badan otonom yang menjadi awal dan bahkan pondasi kader NU di jenjang berikutnya. Sejak didirikannya IPNU tahun 1954 dengan salah satu tokoh kuncinya M. Tolchah Mansoer yang mengatakan ; _” haruslah diinsafi berdirinya organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama bukan sekedar tumbuh dan ditumbuhkan begitu saja. Apalagi kalau diingat suasana dan waktu pertama kali organisasi ini dilahirkan di persada tanah air. Sungguh waktu itu merupakan saat yang pahit, yang terdapat didalamnya pertentangan dan perselisihan yang dirasakan tidak enak oleh masyarakat kita terutama masyarakat Islam “._
suasana saat itu yang kental dengan pertarungan ideologi politik di masyarakat setelah kemudian NU menjadi partai politik. Namun hal ini tidak menyurutkan langkah dan pilihan kader muda NU saat itu untuk lebih fokus dan tegas berpendirian bahwa IPNU harus menjadi ajang kaderisasi bagi generasi mendatang, dengan terus mendorong para kader untuk menekuni pendidikan dan pada saat yang sama juga terjun ke masyarakat dalam melakukan pengabdian yang nyata. Ini gambaran spirit dan semangat pendiri IPNU saat itu.
Dan saat ini meski zaman telah berubah, pola relasi masyarakat terkait politik juga tidak seperti dulu saat IPNU berdiri, tidak kemudian spirit ini boleh dilupakan, atau bahkan diganti, tidak, sama sekali tidak. IPNU, IPPNU. Perlu kembali napak tilas dengan apa yang menjadi pilihan dan langkah pendiri seperti yang di contohkan Prof.Dr. KH.M. Tolchah Mansoer dengan :
1, Membaca, menumbuhkan kemauan dan kemampuan literasi yang kuat. Sehingga membaca menjadi sebuah wirid wajib bagi kader IPNU, IPPNU, menjadi budaya. Membaca ini pulalah yang menjadi pintu kesuksesan seorang Tolchah Mansoer dalam memadukan pengetahuan pesantren dan kampus.
2, Memiliki akhlak yang sangat menawan. Tegas berpendirian, terbuka, disiplin, penyayang, menjunjung tinggi hak perempuan, menyayangi yang muda, dan rajin bersilaturahmi, baik kepada kerabat maupun sahabat.
Dua hal ini yang mampu membentuk karakter kader menjadi berkualitas secara keilmuan dan mempunyai jaringan dan relasi yang melintas batas. Dan ini hal yang penting menjadi modal dan langkah dalam berhidmah di IPNU, IPPNU sehingga benar benar terproses dalam IPNU IPPNU pola kaderisasi yang matang, militan dan mumpuni. Sebagaimana potongan bait syair Tolchah Mansoer : “_Langkah panjangku, telah lama kuukur”_ sebuah proses pengabdian dengan asas, dasar yang kuat dan terkonsep.
Selamat buat rekan dan rekanita yang dilantik, ukurlah langkah panjang dengan hitungan yang cermat, tepat, cepat serta kuat.
Alumni Makesta Dekade ’90
Bagikan :
badge-check

Penulis

Baca Lainnya

NU dan Ramadhan: Islam yang Ramah dan Dekat dengan Kehidupan

3 March 2025 - 18:39 WIB

NU dalam Kiprah Sosial & Politik Menurut Masyarakat: Membaca Hasil Survey Kompas

31 January 2025 - 06:40 WIB

Menjelang Musyker, NU Care-LAZISNU Kabupaten Magelang berkomitmen untuk Transparansi Pelaporan Dana

16 January 2025 - 05:52 WIB

Jelang Harlah NU ke-102, Kekuatan Doa ( 1 )

8 January 2025 - 15:20 WIB

Istiqomah Ngaji dan Khidmah, Tapi Tetap Harus Bekerja/Bisnis: Catatan Dawuh Mbah Kyai Warson

3 January 2025 - 23:05 WIB

Konsolidasi, Sebuah Keharusan Bagi NU (Renungan Akhir Tahun 2024)

31 December 2024 - 04:30 WIB

Trending di Opini