MAGELANG – suaranu.id
Sabtu pagi (17/5/2025), Aula Gedung MWCNU Windusari dipenuhi semangat baru. Bukan untuk pengajian atau rapat organisasi seperti biasanya, tapi untuk belajar hal yang tak kalah penting: cara menjual hasil pertanian lewat Facebook Marketplace.
Sebanyak 50 perempuan dari Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Windusari mengikuti pelatihan bertajuk “Pemberdayaan Perempuan Fatayat NU Windusari Magelang melalui Pelatihan Pemasaran Digital Facebook Marketplace”. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang dengan Fatayat NU setempat.
Pelatihan ini bukan sekadar teori. Para peserta langsung diajak praktik: mulai dari membuat akun penjual, mengunggah foto produk yang menarik, menulis deskripsi yang menggugah minat pembeli, hingga teknik komunikasi yang sopan dan efektif lewat pesan singkat.
Perwakilan dari UNDIP, Achmad Nur Alfianto, S.Si., M.E., dalam sambutannya menyampaikan bahwa perempuan, terutama yang hidup di desa, punya peran besar dalam ekonomi rumah tangga. Dan di era sekarang, teknologi seperti Facebook Marketplace bisa menjadi jembatan yang membuka banyak peluang.
“Facebook Marketplace ini alat sederhana, gratis, tapi luar biasa kalau dipakai dengan benar. Ibu-ibu Fatayat bisa manfaatkan ini untuk memperluas pasar hasil tani lokal,” ujar Achmad.
Produk-produk yang akan dipasarkan berasal dari pertanian warga Windusari, seperti jahe, cabai, sayuran segar, hingga olahan herbal rumahan. Selama ini, produk tersebut hanya dipasarkan di sekitar kampung dan pasar lokal.
Ketua PAC Fatayat NU Windusari, Saudari Ririn Luluk Afifah, menyampaikan rasa syukurnya atas pelatihan ini.
“Biasanya kami pakai Facebook cuma buat lihat kabar saudara atau upload foto kegiatan. Tapi hari ini kami belajar hal baru: ternyata bisa juga buat bantu jualan. Harapannya, pelatihan ini bisa jadi langkah awal kami untuk lebih mandiri dan melek digital,” ujarnya dengan semangat.
Suasana pelatihan berlangsung akrab dan penuh tanya-jawab. Peserta tampak antusias mencoba satu per satu langkah yang diajarkan, sambil sesekali tertawa saat mendapati hal-hal baru yang belum pernah mereka pikirkan sebelumnya.
Kegiatan ini membuktikan bahwa perempuan desa punya potensi besar jika diberi akses dan bimbingan. Ketika kampus dan komunitas bersinergi seperti ini, maka kemajuan bukan hanya milik kota, tapi juga lahir dari desa-desa yang penuh semangat seperti Windusari.
Pewarta : Ahmad Taufiq (Lakpesdam Windusari)