Menu

Mode Gelap

Artikel · 23 Aug 2020 17:43 WIB · · Artikel ini telah dibaca 6 kali

Amaliyah Menyambut Bulan Muharram (Suro) 1442 H


Amaliyah Menyambut Bulan Muharram (Suro) 1442 H Perbesar

Bagikan :

 

 (foto diambil dari merdeka.com)

 

Oleh: Saiful Islam al-Ghozi

 

Suro, bulan pertama dalam
penanggalan Jawa/ Muharram dalam
penanggalan Hijriah adalah bulan yang
mulia dan unik. Mulia karena banyak
hadis yang menjelaskan tentang
kemuliannya. Apalagi di dalamnya ada
hari Asyura, hari kesepuluh bulan
Muharram yang merupakan hari
istimewa. Unik karena banyaknya
kegiatan aneh-aneh di dalamnya.

Keistimewaan Asyura -selain karena
keterangan hadis- juga tidak lepas dari
banyaknya peristiwa penting yang
terekam dalam sejarah.

Diantaranya adalah diterimanya tobat Nabi Adam AS, Nabi Idris ASdiangkat ke
langit, Nabi Nuh AS turun dari perahu setelah mengarungi lautan luas akibat
banjir bandang berbulan-bulan, Nabi Ibrahim AS keluar dari gunungan api yang
telah sekian lama membakarnya, dan Nabi Yusuf AS keluar dari penjara. Juga
Nabi Ya’qub AS yang sembuh dari kebutaan, Nabi Ayyub AS sembuh dari
penyakit kusta yang telah tujuh tahun dideritanya, Nabi Yunus AS keluar dari
perut ikan raksasa, Nabi Musa AS membelah lautan yang akhirnya
menenggelamkan Firaun dan bala tentaranya, dan jaminan terampuninya dosa
Nabi Muhammad AS baik yang sudah maupun yang belum dilakukan juga terjadi
di bulan Muharram/ Suro. Dan masih banyak peristiwa-peristiwa penting lainnya
yang terjadi di bulan tersebut

Namun Suro/ Muharram berbeda dengan Ramadlan. Meski Ramadlan bulan
paling mulia, tradisi di masyarakat tetap murni Islami. Tidak seperti Suro yang
banyak tradisi bernilai campur-campur, ya agama, ya animisme, ya beraroma
kesyirikan. Ritual kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat adalah mulai puasa,
menjamas pusaka, ruwatan, membuat jimat, mengusap kepala anak yatim,
membuat bubur atau makanan Suro, sesajen untuk para danyang, Grebeg Suro,
tapa bisu, tidak melaksanakan pesta pernikahan, dan masih banyak lagi. Lantas
apa sajakah yang merupakan ajaran atau tuntunan agama Islam?

 

1. Puasa 

Berpuasa pada bulan Muharram/ Suro sangatlah dianjurkan. Banyak hadis
sahih menjelaskan. Diantaranya: 

 Dari Abi Hurairah , beliau berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Puasa yang
paling utama setelah Ramadlan adalah bulan Allah, Muharram (Suro: Jawa). 

Shalat yang paling utama setelah shalat fardlu adalah shalat malam.” (HR.
Muslim No. 2.812)
Melihat keumuman hadis ini, bahwa puasa di bulan Suro atau Muharram tidak
khusus di hari kesembilan dan sepuluh saja. Akan tetapi dimanapun hari asal
masih dalam lingkup bulan Muharram tetap mendapatkan keutamaan dan sangat
besar pahalanya. Tidak ada perbedaan dari para ulama tentang kesunahan puasa
Asyura (hari kesepuluh Muharram). Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan
hadis:

 Diriwayatkan dari Ibni Abbas , beliau berkata, “Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi berpuasa pada tanggal sepuluh Muharram (Asyura). Lalu mereka ditanya mengenai hal tersebut. Kemudian mereka menjawab, “Hari ini adalah hari dimana Allah memberi kemenangan kepada Musa dan Bani Israil atas Firaun. Dan kami berpuasa pada hari tersebut sebagai bentuk pengagungan kepadanya.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Kami lebih berhak dengan Musa daripada kalian.” Lalu Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa pada hari tersebut.” (HR. Bukhari No. 3.943) Sementara puasa Tasu’a (hari kesembilan Muharram) adalah berdasarkan hadis sahih yang lain. Yang menjelaskan bahwa Rasulullah hendak menjalankan puasa pada hari itu dengan tujuan supaya tidak menyerupai Yahudi. Meskipun sampai wafat Rasulullah belum sempat mengamalkannya. Hadis tersebut ialah

Rasulullah SAW bersabda, “Tahun depan in sya Allah kita berpuasa pada hari
kesembilan.” Ibnu Abbas berkata, “Belum tiba tahun berikutnya, Rasulullah
SAW wafat.” (HR. Muslim No. 2.722)

Baca Juga  Kyai Abdan, Sang Jurkam NU

 

2. Mengusap Kepala Anak Yatim 

Muharram/ Suro kerap disebut sebagai hari rayanya anak yatim. Sebab di
bulan ini ada anjuran dari Rasulullah SAW agar kaum muslimin mengusap kepala
anak yatim. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Ahmad
bin Hanbal  

Diriwayatkan dari Abi Hurairah , seorang laki-laki mengadukam kepada Rasulillah SAW tentang kekerasan hatinya. Maka Rasulullah bersabda, “Jika kau ingin melembutkan hatimu, berikan makan kepada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim. (HR. Ahmad) Hadis tersebut secara umum menjelaskan bahwa menyantuni dan mengasihi fuqara’ masakin dan anak yatim tidak hanya khusus di bulan Muharram saja tetapi dimanapun waktu pada tiap-tiap tahun. Para ulama berbeda pendapat di dalam memaknai arti mengusap kepala anak yatim. Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitabnya, al-Fatawa al-Haditsiyyah, menerangkan bahwa yang dimaksud mengusap adalah mengusap secara hakiki. Sedangkan menurut Imam ath-Thaiyyi dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih yang dimaksud kata ‘mengusap’ pada hadis tersebut adalah arti kinayah, yaitu memberikan kasih sayang serta berbuat penuh kelembutan dan cinta. Lalu kenapa tanggal sepuluh Muharram? Tentu karena bulan Muharram –apalagi Asyura- adalah waktu yang mulia, sehingga amal kebaikan yang dilakukan di dalamnya juga bernilai lebih utama.
 

Baca Juga  Ngawiti Warso Enggal Munguh Wong Tani NU

3. Membaca Wirid dan Doa

Bacaan wirid yang dibaca diantaranya adalah seperti yang disampaikan
Syaikh Abdul Hamid Kudus, seorang mufti mazhab Syafii di Masjidil Haram asal
Indonesia, adalah membaca Ayat Kursi sebanyak 360 kali. Kemudian membaca
doa di bawah ini

 
Ya Allah, wahai Dzat Yang Memindah Beberapa Perilaku, pindahkanlah
perilakuku menuju perilaku yang paling bagus, dengan rekayasa dan kekuatanMu, wahai Dzat Yang Maha Mulia. Rahmat dan keselamatan Allah SWT semoga
ditetapkan atas Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.
Juga kita dianjurkan membaca doa awal tahun dan akhir tahun. Doa ini sama
halnya dengan doa awal bulan. Dalam hal ini ditemukan riwayat:
 
 
Diriwayatkan dari Abdillah bin Hisyam, bahwa para sahabat Nabi mempelajari
doa ini jika sudah masuk tahun atau bulan, “Ya Allah, pertemukanlah bulan atau
tahun ini dengan kami dengan aman, iman, selamat, Islam, ridla dari Dzat Yang
Maha Pengasih, dan selamat dari setan.” (HR. Ath-Thabarani dalam al-Ausath
dan sanadnya hasan)
Dikarenakan doa awal bulan boleh dibaca di awal tahun, maka doa akhir bulan
juga boleh dibaca di akhir tahun. Metode semacam ini disebut qiyas/ analogi.
Berikut ini riwayat hadisnya:

 
 
Dari Busyair, budak yang dimerdekakan oleh Muawiyah, bahwa ia mendengar
sepuluh sahabat Nabi, diantaranya adalah Hudair Abu Farwah, mereka berdoa
jika melihat hilal, “Ya Allah, jadikanlah bulan kami yang lalu sebagai bulan
yang baik, dan kesehatan yang baik. Pertemukanlah bulan kami ini dengan
selamat, Islam, aman, iman, sehat, dan rezeki yang bagus.” (HR. Ibnu as-Sunni)
Sementara dalam riwayat lain juga disebutkan riwayat mengenai doa awal tahun
dan akhir tahun, sebagaimana yang sering di ajarkan oleh KH. R. Muhaimin
Asnawi terhadap para santri. Yaitu hadis riwayat imam at-Tirmidzi sebagaimana
yang disebutkan dalam kitab al-Adzkar karangan Imam an-Nawawi halaman 171:

 Diriwayatkan dari Thalhah bin Ubaidillah , bahwasanya Nabi Muhammad SAW ketika melihat
bulan berdoa, “Ya Allah, pertemukanlah bulan itu kepada kita dengan aman,
iman, selamat, dan Islam. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah SWT.” (Berkata
Imam at-Tirmidzi: hadis hasan) 

Baca Juga  Lakukan Gebrakan Awal, Pelajar Nahdliyin Sawangan Bangkit!
 

 
Diriwayatkan dari Ibni Umar , Rasulullah SAW ketika melihat bulan berdoa,
“Allah Maha Besar. Ya Allah, pertemukanlah bulan itu kepada kita dengan
aman, iman, selamat, dan Islam, pertolongan terhadap sesuatu yang Engkau
cintai dan ridlai. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah SWT.” (HR. Ad-Darimi)
 
Kita juga boleh berdoa dengan berbagai macam doa yang telah disusun oleh para
ulama, sebagaimana yang ada dalam kitab al-Barzanji atau kitab yang lain.
 

 

  Diterbitkan ulang dari Buletin Dakwah Nahdlatul Ulama Kecamatan Bandongan – Lemaga Dakwah Nahdlatul Ulama – MWC NU Kecamatan Bandongan

Bagikan :
badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Sanad Keilmuan Al-Maghfurlah KH Dalhar Watuconggol dari Syekh Mahfudz at Tarmasy ( I )

15 April 2025 - 11:56 WIB

40 Tahun Lakpesdam NU: Antara Turats dan Menggerakkan Ijtihad Sosial

9 April 2025 - 08:37 WIB

AI Image Generate

Kyai Chudhori, Gus Muh dan Dakwah Budaya (2)

10 February 2025 - 08:44 WIB

Kyai Abdan, Sang Jurkam NU

4 February 2025 - 03:56 WIB

Sejarah, Sikap Kemasyarakatan dan Pandangan NU terhadap Pancasila dan NKRI

5 June 2021 - 01:37 WIB

Jejaring Santri Syaikhona Kholil di Magelang (Bagian 2)

27 May 2021 - 15:20 WIB

Trending di Artikel