Oleh : Abdul Aziz Idris
Dakwah perjuangan Wali songo tidak berhenti hanya dengan keberadaan situs-situs sejarah, seperti makom, dan masjid masjid bersejarah, namun wali songo juga meninggal jejak lewat para muridnya, adalah Sunan Geseng yang masyhur merupakan salah satu murid Sunan Kalijogo pun mengikuti jalan dakwah “Sang Guru” dengan jelajah desa milang kori, melakukan perjalanan dari satu desa ke desa lain untuk mengenalkan Islam sebagai agama luhur dan mendakwahkan ajaran Nabi Muhammad, salah satu daerah yang menjadi petilasan laku dakwah Sunan Geseng adalah Desa Tarukan yang kalau sekarang masuk bagian dari Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Di Tarukan ada Makom Nyai Sunan Geseng dan diziarahi masyarakat, disinilah pula beberapa penderek kemudian menetap dan menjaga makam ini sekaligus meneruskan dakwah Sunan Geseng.
KH. Usman adalah penerus dakwah Sunan Geseng yang tinggal di Tarukan, tidak tercatat sejarah tentang waktu lahir beliau, beliau adalah anak dari Kyai Syuaib bin Kyai Abil Hasan bin Kyai Ibrohim. Usman muda tumbuh ditempa ilmu, dan tirakat sebagai mana layaknya santri. Sehingga ketika dewasa matang secara ilmu, akhlak. Meneruskan perjuangan dakwah bukan hal yang mudah, begitu juga yang dijalani Kyai Usman.
Kondisi masyarakat sekitar Tarukan yang masih awam, dangkal akidahnya serta merajalela kemaksiatan, salah satunya kepercayaan masyarakat setempat kepada satu tempat yang dianggap keramat sehingga mereka melakukan ritual sesat, meminta-minta hajat dengan persembahan tertentu. Hal ini di sadari betul oleh Kyai Usman perlu difahamkan dan dan diluruskan. Salah satu pendekatan dakwah beliau adalah mengundang masyarakat sekitar Tarukan yang melakukan sholat Jumah di masjid Tarukan ke rumah dan dijamu makan secukupnya, sebagaimana ajaran Catur piwulangnya Sunan Drajat, berupa Wenehono pangan marang wong kang kaliren. Setelah itu sedikit demi sedikit memberi pemahaman tentang akidah dan syariah Islam secara sederhana dan mudah. Sehingga kemudian secara perlahan masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan ritual sesat meminta-minta kepada selain Alloh.
Masa hidup Kyai Usman masyarakat masih dibawah penjajah Belanda, beliau termasuk bagian dari pejuang yang diawasi oleh Belanda, karena beliau adalah bagian dari jejaring pasukan Pangeran Diponegoro, Tetapi dengan usaha batin dan doa beliau membentengi desa Tarukan secara khusus dengan benteng batin. Sehingga pasukan Belanda tidak bisa masuk ke wilayah desa Tarukan, bahkan sampai saat beliau sudah wafat pasukan Belanda tidak bisa masuk ke desa Tarukan. Tidak cukup perjuangan secara sendiri tetapi beliau juga mengkader putra-putra beliau ikut berjuang di masyarakat. Beberapa putra beliau adalah tokoh-tokoh pejuang dimasanya, KH. Abdan pendiri pesantren pertama di wilayah Magelang timur, KH. Abdurrohman Butuh, kyai yang mengembleng, memberi doa khusus kepada santri yang berperang melawan pasukan Belanda di pertempuran Ambarawa. KH. Dimyati Tarukan yang dikenal sebagai salah satu Kyai Hikmah.
Pada hari Jum’ah, 31 Oktober 2025 dengan momentum Hari Santri Nasional (HSN), Bupati Kabupaten Magelang mengapresiasi jejak perjuangan KH.Usman dengan menetapkan nama beliau sebagai nama jalan di ruas jalan Kabupaten Magelang, tepatnya di ruas jalan Klopo, Sindas yang melintas di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Tegalrejo dan Kecamatan Secang.

